Sorotan Tajam DPRD Natuna Atas Krisis Pelayanan Kesehatan dan Kelalaian Puskemas Midai

0
572
Ket Foto : Komisi I DPRD Natuna saat menyelenggarakan Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan mengundang sejumlah pihak baik dari pihak keluarga Murpika Napiri, Dinas Kesehatan, Dokter yang bertugas di Puskemas Midai

Natuna – Meninggalnya Selpia Anjani (12) anak dari Murpika Napiri seorang nelayan yang berasal dari Pulau Midai meninggalkan luka yang mendalam terhadap keluarga.

Setelah pihak keluarga melakukan mediasi bersama Dinas Kesehatan Kabupaten Natuna pada senin (06/01/2025) lalu namun tak mendapatkan jawaban pasti atas ketidakpuasan mereka terhadap pelayanan yang diberikan oleh pihak Puskemas Midai kini mereka mengadu ke Komisi I DPRD Kabupaten Natuna.

Menanggapi perihal ini dengan cepat Komisi I DPRD Natuna langsung menyelenggarakan Rapat Dengar Pendapat dengan mengundang sejumlah pihak baik dari pihak keluarga Murpika Napiri, Dinas Kesehatan, Dokter yang bertugas di Puskemas Midai sampai kepada perawat yang ditugaskan untuk mendampingi proses rujukan Almarhumah Selpia Anjani dari Puskemas Midai menuju Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Natuna hingga Ketua Ikatan Dokter Indonesia Kabupaten Natuna dan dokter Radiologi RSUD Natuna.

Rapat Dengar Pendapat (RDP) dimpimpin oleh Ketua Komisi I DPRD Natuna, Dardani dan di hadiri oleh Sekretaris Komisi I, Muhammad Erimuddin dan Asmiyadi selaku Anggota Komisi I dan Wakil Ketua II DPRD Natuna, Wan Aris Munandar.

Rapat Dengar Pendapat berlangsung di Ruang Banggar Kantor DPRD Natuna, Jalan Yos Sudarso, Ranai pada Rabu (08/01/2025).

Dalam rapat yang berlangsung kurang lebih 3 jam tersebut banyak fakta-fakta baru yang mulai terkuak atas ketidakpuasan pihak Keluarga Murpika Napiri terhadap pelayanan Puskemas Midai.

Seperti mediasi yang dilaksanakan di Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Natuna yang dilaksanakan beberapa waktu lalu, tuntutan dari pihak keluarga Murpika Napiri masih sama yakni mempertanyakan tentang tiga hal.

Yang pertama adalah soal izin penggunaan Puskemas Keliling (Puskel laut) di Puskemas Midai, dimana pada saat ananknya ingin dirujuk ke RSUD Natuna namun tidak mendapatkan izin dari pihak Puskemas dengan alasan yang berbelit-belit.

Kedua tentang keberadaan dokter yang bertugas di Puskemas Midai karena pada saat anaknya dibawa ke Puskemas Midai namun dokter tidak berada di tempat.

Ketiga terkait dengan stok oksigen yang dibawa oleh pihak puskemas melalui perawat yang ditunjuk untuk mendampingi proses rujukan pasien namun oksigen habis ditengah jalan sebelum pasien sampai di RSUD Natuna.

Ketiga tuntutan ini disampaikan oleh Murpika Napiri yang merupakan ayah kandung dari Selpia Anjani.

Setelah beberapa pihak memberikan klarifikasi atas pertanyaan-pertanyan dari pihak keluarga Murpika Napiri ada fakta yang cukup menarik dan mencengangkan yang terungkap ketika perawat yang ditunjuk untuk mendampingi proses rujukan pasien almarhumah Selpia Anjani yakni Sarmalina sitohang menjawab pertanyaan dari pihak keluarga Murpika Napiri.

Bagaimana tidak mencengangkan ketika Murpika Napiri mempertanyakan alasan dan penyebab oksigen yang disiapkan untuk merujuk pasien yang habis diperjalanan, Sarmalina menjelaskan bahwa oksigen yang disiapkan oleh pihak Puskemas Midai dengan tabung yang berkapasitas 3000 liter seharusnya cukup untuk 10 jam dan perjalanan ke Midai-Ranai menghabiskan rata-rata 7 jam dengan kapal reguler namun kenyataannya oksigen malah habis ditengah perjalanan atau sekitar 1 jam sebelum kapal bersandar.

Dalam penyampaiannya, Sarmalina mengungkapkan bahwa ketika segel tabung oksigen tersebut dibuka isi dari tabung oksigen tersebut sudah berkurang hampir setengah dari kapasitas tabungnya.

“Saya ingat betul pak saat itu tabung oksigen masih tersegel dan saat tiba di kapal roro dan segelnya saya buka isi dari tabung oksigen itu sudah ada di angka 1.600 liter atau telah berkurang sekitar 46 persen,” paparnya.

Ketika ditanyakan lebih lanjut bagaimana mungkin tabung oksigen yang masih tersegel namun isinya sudah berkurang hampir setengahnya, Sarmalina menjawab tidak mengetahui penyebabnya.

“Saya hanya ditunjuk untuk mendampingi pasien, sementara untuk segala persiapan teknis rujukan itu disiapkan oleh pihak Puskemas,” ungkapnya.

Saat dikonfirmasi akan hal ini, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Natuna, Hikmat Alianysah menjelaskan bahwa tanggung jawab atas pengisian dan ketersediaan oksigen di puskemas-puskesmas adalah merupakan tanggung jawab kepala puskemas selaku Penggunaan Anggaran (PA).

“Kalau permasalahan ini mungkin bisa ditanyakan kepada kepala puskemas midai karena saya tidak tahu juga mereka mengisi oksigen ini dimana, kalau dulu biasa mereka mengisi di Tanjung Pinang atau Kalimantan,” Jelas Hikmat.

Namun ketika dikonfirmasi melalui WhatsAppnya Kepala Puskemas Midai, Nina Agustika seakan enggan menjawab dan terkesan dingin menanggapi pertanyaan dari Redaksi Bursakota.co.id.

“Untuk oksigen kami mengisi di ranai pak ditempat pak wahyudin, kalau untuk konfirmasi langsung ke pak kadis saja pak,” balasnya melalui pesan singkat WhatsAppnya ketika ditanyakan bagaimana bisa tabung oksigen yang masih tersegel isinya sudah berkurang sekitar 46 persen.

Atas peristiwa ini, Komisi I DPRD Natuna melalui Sekretarisnya, Muhammad Erimuddin, yang juga merupakan perwakilan DPRD Natuna dari Dapil II yang meliputi Midai, Suak Midai, Serasan, Serasan Timur dan Subi menekankan bahwa insiden kehabisan stok oksigen saat proses rujukan pasien seperti yang dialami oleh almarhumah Selpia Anjani merupakan bentuk kelalaian serius yang harus segera dievaluasi.

“Kehabisan oksigen didalam perjalanan ketika merujuk pasien merupakan hal yang tidak bisa di tolerir karena menyangkut nyawa pasien,” Tegas Erimuddin.

Menurutnya, oksigen adalah salah satu kebutuhan vital dalam penanganan pasien, terutama saat dalam kondisi kritis dan sedang dirujuk ke fasilitas kesehatan dengan jarak tempuh yang panjang.

“Kejadian seperti ini tidak hanya menyoroti persoalan teknis pengisian tabung oksigen, tetapi juga menunjukkan adanya masalah dalam sistem manajemen dan pengawasan di Puskemas terkait. Seharusnya ada protokol yang memastikan kesiapan logistik, termasuk oksigen, sebelum pasien dirujuk. Apalagi perjalanan dari Midai ke RSUD Natuna memakan waktu yang cukup lama,” ungkapnya.

Muhammad Erimuddin juga meminta agar ada audit menyeluruh terhadap prosedur penanganan pasien rujukan di seluruh Puskemas yang ada di Kabupaten Natuna, termasuk memastikan ketersediaan fasilitas dan logistik, seperti oksigen.

“Tidak boleh ada lagi alasan seperti ini di masa depan. Keselamatan pasien harus menjadi prioritas utama, dan setiap potensi kelalaian harus dicegah sejak dini,” tegasnya.

Lebih jauh, Erimuddin mendesak agar Dinas Kesehatan dan kepala Puskemas Midai memberikan klarifikasi mendalam terkait pengisian oksigen yang ternyata tidak sesuai kapasitas, meskipun tabung masih dalam keadaan tersegel.

“Jika benar ada kelalaian dalam proses pengisian atau penyegelan tabung oksigen, ini perlu ditindaklanjuti dengan penyelidikan yang lebih serius. Tidak hanya berdampak pada pasien, tetapi ini juga mencoreng kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di daerah,” tutupnya.(Bk/Dika)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini