Peneliti Identifikasi 7 Bencana Alam Berpotensi Terjadi di Natuna

0
169
Ket Foto : Cuaca Ekstrim disertai gelombang tinggi dan angin kencang yang terjadi di Natuna

Bursakota.co.id, Natuna – Nour Chaidir seorang Peneliti dari Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran (Unpad), setelah melakukan studi selama 3 bulan di Kabupaten Natuna, mengungkap potensi terjadinya tujuh bencana alam di wilayah Kabupaten Natuna.

“Tujuh bencana ini meliputi banjir, banjir bandang, cuaca ekstrim, gelombang ekstrim dan abrasi, kebakaran hutan dan lahan, kekeringan dan longsor,” sebutnya dalam diskusi publik kajian resiko bencana di ruang Rapat Kantor Bupati Natuna, Jalan Batu Sisir, Bukit Arai, Kamis (23/11/2023).

Chaidir menekankan bahwa dari tujuh bencana tersebut, lima di antaranya memiliki risiko tinggi, seperti banjir, banjir bandang, cuaca ekstrim, gelombang ekstrim dan abrasi, serta kebakaran hutan dan lahan.

Dia menganjurkan kepada pemerintah daerah untuk segera melakukan langkah mitigasi, baik struktural maupun non-struktural. Ini melibatkan peningkatan infrastruktur dan pembuatan peraturan yang berfokus pada pencegahan bencana.

Chaidir juga menyoroti infrastruktur mitigasi bencana yang masih kurang di Natuna dan menegaskan pentingnya kerjasama antara berbagai pihak terkait untuk meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dalam menghadapi potensi bencana.

Sekda Natuna, Boy Wijanarko ketika membuka rapat tersebut, menjelaskan bahwa diskusi publik mengenai kajian risiko bencana Natuna merupakan bagian dari komitmen pemerintah dalam menangani bencana di wilayah tersebut.

“Upaya ini dilakukan untuk meminimalisir risiko bencana yang dapat terjadi di Natuna,”pungkasnya.

Hal senada jugas disampaikan Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Natuna, Raja Darmika, yang menegaskan bahwa diskusi mengenai risiko bencana di Natuna adalah bagian dari komitmen pemerintah dalam menangani masalah bencana di wilayah tersebut.

Raja Darmika menekankan perlunya meningkatkan kapasitas masyarakat dalam penanggulangan bencana. Dia menyatakan bahwa selama ini, penguatan kelembagaan lebih ditekankan, namun ke depan, fokus penguatan harus lebih kepada masyarakat untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang bencana dan daerah rawan.

Dia juga menekankan pentingnya pengetahuan masyarakat tentang tanda-tanda bencana agar mereka dapat mengantisipasi dampak yang mungkin terjadi.

Dengan kajian ini, diharapkan kebijakan pembangunan di Natuna akan lebih berorientasi pada upaya penanggulangan bencana, termasuk perencanaan infrastruktur yang lebih baik dan antisipasi terhadap risiko bencana.(Bk/Dika)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini