Jaga Ekosistem Laut, Nelayan Natuna Lebih Memilih Gunakan Alat Tangkapan Tradisional

0
343
Sardan (47) nelayan tradisional Natuna lebih pilih gunakan alat tangkap ramah lingkungan dalam mencari ikan (foto dodi)

Bursakota.co.id, Natuna – Menjaga keberlangsungan dan kelestarian ekosistem laut sampai ke anak cucu, menjadi salah satu sebab mengapa nelayan Kabupaten Natuna lebih memilih menggunakan alat tangkapan tradisional berupa tali dan mata pancing.

Kelestarian ekosistem laut menjadi tanggungjawab semua lapisan masyarakat, baik pemerintah maupun nelayan itu sendiri, agar kedepan masih bisa dinikmati oleh anak cucu sebagai generasi penerus.

Demikian ungkap Sardan (47) tahun, nelayan Warga Air Raya RT 03 Kelurahan Bandarsyah, Rabu, 29 September 2021 di Pelabuhan Perikanan Pering, yang saat itu hendak turun melaut.

Nelayan yang memiliki pompong panjang 29 kaki dengan bobot muatan 2 ton ini mengaku, untuk menjaga kelestarian ekosistem laut nelayan Natuna masih banyak yang memilih menggunakan alat tangkapan tradisional.

“Kita masih menggunakan alat tangkap tradisional yang ramah lingkungan, agar kelestarian ekosistem laut tetap terjaga, sehingga anak cucu kita masih bisa menikmati kekayaan laut yang kita miliki,” ujarnya.

Kata Sardan, dengan pompong yang dimilikinya, jangkauan area tangkap mampu ditempuh sejauh 30 mil dengan proses penangkapan selama satu malam.

“Dengan pompong yang kita punya paling jauh area tangkap 30 mil, selama satu malam, pergi sore pulang pagi, kita tidak terfokus hanya pada satu jenis ikan saja, semua jenis ikan kita tangkap tergantung rezeki lah, apa yang kita dapat,” tuturnya.

Ia menjelaskan, hasil tangkapan selama satu malam penuh di laut, tanpa mengenal waktu istirahat tidak menentu, tergantung cuaca, dan rejeki.

“Hasil tangkapan tidak menentu, paling banyak kisaran 100 kilo permalam, kadang-kadang nggak nyampai, karena kita juga melihat faktor cuaca, kalau cuaca buruk mau nggak mau kita terpaksa pulang, jika di hitung satu bulan maksimal hasil tangkapan kita mencapai kisaran Rp15 juta,” terang Sardan.

Sebagai nelayan tradisional, Sardan mengaku terusik dengan beroperasinya kapal-kapal asing dan cantrang di laut Natuna. Sebab berdampak langsung pada penghasilan mereka sebagai nelayan lokal, pasalnya masih ada kapal cantrang yang beroperasi di area tangkapan nelayan tradisional.

“Beroperasinya kapal cantrang di laut Natuna memberi dampak yang sangat besar bagi masyarakat nelayan tradisional dalam hasil tangkap, sebelum kapal-kapal ini beroperasi, rata-rata hasil tangkapan kami mencapai 200-300 bahkan pernah sampai 500 kilo permalam, setelah beroperasinya kapal cantrang ini, jangankan mau 200-500, paling mentok hasil tangkapan kita 100 kilo, itu paling banyak,” pungkasnya.

Namun Sardan tak berkecil hati, sesama warga negara Indonesia, secara pribadi ia mengaku tidak mempunyai hak untuk melarang beroperasinya kapal-kapal tersebut, hanya saja ia meminta beroperasi di laut yang jaraknya diatas 200 mil, jangan di area tangkapan nelayan tradisional.

“Jikapun kapal cantrang ini mau beroperasi di laut Natuna, beroperasilah di laut yang 200 mil ke atas, sebagai penjaga laut kita dari pencurian ikan oleh negara lain, tapi faktanya mereka beroperasi di area penangkapan nelayan tradisional, baru ini hal demikian terjadi, sehingga kami nelayan tradisional mau nggak mau terpaksa pulang, jika mereka beroperasi di area tangkapan kami, sebab kami menggunakan alat tradisional mau mencari ikan kemana lagi,” imbuhnya.

Sebagai nelayan tradisional, Sardan mengingatkan pemerintah jika ingin menyalurkan bantuan, sebaiknya berkoordinasi terlebih dahulu kepada para nelayan apa yang sebenarnya dibutukan nelayan, agar bantuan yang disalurkan bisa bermanfaat dan tepat guna.

“Kita berharap pemerintah lakukan koordinasi dulu lah sama nelayan, ditanyain apa yang nelayan butuhkan, sehingga apa yang disalurkan oleh pemerintah bisa bermanfaat dan tepat sasaran,” harapnya.

Hasil liputan kolaborasi peserta In House Training Jurnalistik Maritim Berwawasan Kebangsaan yang digelar oleh LPKW UPN Veteran Yogyakarta bekerjasama dengan Kedubes Amerika Serikat di Indonesia, Zona_3 Natuna-Anambas.***(dodi)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini