Bursakota.co.id, Lima Puluh Kota – Sempat timbulkan kegaduhan di media sosial terkait vidio seorang Murid Sekolah Dasar (SD) mengeluarkan kata-kata kotor kepada gurunya hingga menendang pintu kelas menuai berbagai respons dari masyarakat.
Vidio berdurasi 34 detik itu direkam pada Senin 17 Juli 2023 lalu di UPTD SD 07 Sariak Laweh, Kecamatan Akabiluru memperlihatkan seorang murid SD berkata-kata kotor kepada sang gurunya. Tidak hanya itu, anak SD tersebut juga telihat mengejar, memukul dan menendang pintu sekolah sambil membentak sang guru sekolah.
Atas kejadian tersebut, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Lima Puluh Kota bergerak cepat dengan menyelenggarakan mediasi pada 18 Juli 2023. Antara siswa, guru, orangtua, pihak sekolah, wali nagari, pengawas, dan Disdikbud, Namun, dari hasil musyawarah tersebut, tampak hanya sang guru, Fermini Wulansari yang disalahkan dan meminta maaf.
Hal ini tentu menimbulkan pertanyaan dan rasa prihatin di masyarakat termasuk bagi Bupati Lima Puluh Kota. Dalam kondisi kesehatan kurang fit, Bupati menyampaikan kekecewaan atas kasus yang hangat diperbincangkan di media sosial tersebut.
Menurut bupati, kasus ini bukan sepenuhnya kesalahan dari sang guru, Namun, sang siswa turut bersalah. Selain itu, bupati meminta seluruh pihak untuk tidak mengintervensi kasus ini, agar dapat diselesaikan secepatnya.
“Siang tadi, Kamis (20/7) saya memanggil, Kadis Dikbud, Ketua PGRI, Pengawas Sekolah, Camat Akabiluru, Kepala Sekolah 07 Sariak Laweh, agar menuntaskan vidio yang viral, anak melawan ke guru tersebut dan juga vidio tentang guru minta maaf.”
“Karena semua ini tanpa sepengetahuan saya makanya saya panggil semua pihak yang berkepentingan agar menyelesaikan/ mendudukkan masalah ini dengan tuntas, dengan menghadirkan seluruh pihak terkait,” ungkap Safaruddin.
Tidak hanya itu, Bupati Safaruddin juga meminta maaf kepada seluruh guru di Lima Puluh Kota dan Indonesia serta berjanji akan menuntaskan permasalahan tersebut secepatnya.
Berikut ini sebuah guratan permintaan maaf yang disampaikan Bupati Safaruddin kepada seluruh insan pengajar di Indonesia:
MAAFKAN KAMI BU GURU !
Oleh: Safaruddin Dt. Bandaro Rajo (Bupati Lima Puluh Kota)
Perasaan kita sama. Sama-sama terluka. Perasaan kita sama. Sama-sama kecewa. Saya terluka menyimak kabar viral itu. Saya lebih kecewa lagi, ketika mana-mengapa justru sang guru yang disuruh minta maaf?
Adat apa ini?
“Maaf, saya kecewa sekali. Tadi siang, Kamis 20 Juli, saya panggil staf saya. Saya panggil Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten 50 Kota. Saya panggil Kepala Sekolah yang bersangkutan. Kekecewaan saya sungguh tak terkira. Saya jarang marah memang, Namun, bila sudah menyangkut harkat dan martabat guru, saya tak bisa main-main. Bagi saya ini adalah sesuatu yang sangat serius,” tuturnya.
Berkali-kali saya menyampaikan ke ruang publik, hormati gurumu. Bila kita kehilangan rasa hormat kepada guru, maka ilmu akan lenyap. Pengetahuan tak akan lekat di ruang kepala. Hilang karomah guru, maka hilang adab dan budi pekerti.
“Islam memberikan penghargaan tertinggi pada guru kita. Guru tak boleh dilecehkan, apalagi ditekan-tekan,” sebut Safaruddin.
Menurut buku Konsep Pendidik KH. M. Hasyim Asy’ari dalam Kitab Al Adab Al-‘Alim Wa Al-Muta’alim dan relevansinya oleh Zulfaizah Fitri, M.Pd, bukti bahwa Islam menghargai guru terlihat dari kedudukannya yang setingkat di bawah nabi dan rasul.
Sebab, guru berkaitan dengan ilmu dan Islam yang sangat menghargai ilmu seperti dijelaskan dalam surat Al Mujadilah ayat 11 yang sering saya sampaikan di berbagai kesempatan. Tidak itu saja, dalam Hadist Rasulullah diriwayatkan oleh Al Baihaqi juga ditegaskan, tentang pentingnya ilmu yang diajarkan oleh guru yang berbunyi:
Jadilah engkau orang berilmu, atau orang yang menuntut ilmu, atau orang yang mau mendengarkan ilmu, atau orang yang menyukai ilmu, dan janganlah engkau jadi orang kelima, maka engkau akan celaka.
Hadist lain tentang guru: “Barang siapa memuliakan orang alim (guru) maka ia memuliakan aku. Dan barang siapa memuliakan aku maka ia memuliakan Allah. Dan barang siapa memuliakan Allah maka tempat kembalinya adalah surga (Kitab Lubabul Hadits).
Simak hadist ini: “Barang siapa memandang wajah orang alim (guru) dengan satu pandangan lalu ia merasa senang dengannya maka Allah Ta’ala menciptakan malaikat dari pandangan itu dan memohonkan ampun kepadanya sampai hari kiamat (Kitab Lubabul Hadits).”
Begitu mulianya pekerjaan seorang guru di mata Islam. Pahalanya akan terus mengalir di dunia dan akhirat. “Sulit saya menahan rasa kekecewaan ini ketika sang guru yang sangat mulia justru seperti ditekan untuk minta maaf. Pada pertemuan tadi, saya ingatkan semua jajaran; guru jangan sekali-kali diintervensi,” tegas Bupati Safaruddin.
Pada hari ini melalui tulisan ini, saya minta maaf kepada publik dan guru di tanah air dan khususnya di Sumatra Barat (Sumbar) dan Kabupaten Lima Puluh Kota atas kefatalan peristiwa yang melukai hati kita bersama ketika mana, justru sang guru yang meminta maaf.
Saya tak hendak sedang mencari siapa yang salah. Tapi, apa yang dinamakan dengan klarifikasi guru minta maaf atas peristiwa viral yang tersebar di berbagai platform media sosial itu adalah suatu kekeliruan yang sangat fatal. Kepada pihak-pihak yang teridentifikasi memberikan “tekanan” saya akan memberikan sanksi yang tegas.
Saya telah meminta pertanggungjawaban kepala Dinas Pendidikan dan Kepala Sekolah yang bersangkutan serta pihak-pihak yang ikut mendampingi sang guru sewaktu menyampaikan klarifikasi.
Bila hati guru dilukai, niscayailah saya akan berada di depan. Saya akan kobarkan spirit “Saveguru.” Karena kita sangat tahu bahwa guru adalah orangtua kita setelah orangtua kandung di rumah.
Para orangtua, saya mohonkan, beri kepercayaan mendidik kepada ibu dan bapak guru di sekolah. Bila anak dimarahi di sekolah, jangan sertamerta dengan emosional membela sang anak dan “menyerang” sang guru.
“Saya mohon pengertian dan rasa paham orangtua,” tutur Safaruddin.
Sekali lagi, sebagai Bupati di Lima Puluh Kota, dengan segala kerendahan hati, saya minta maaf atas peristiwa di luar jangkauan saya sehingga terjadi peristiwa “klarifikasi” guru minta maaf di saat mana seharusnya dan idealnya, si anak didampingi orangtua minta maaf kepada masyarakat; bukan gurunya!
Sebagaimana beredar kabar yang saya ikuti di media sosial menyangkut peristiwa ini, bahwa si anak yang “mampacaruik an” gurunya itu anak pejabat dan memiliki bekingan, saya pastikan itu tidaklah benar.
“Kalaupun ada yang membeking-bekingi, bagi saya; bila sesuatu sudah menyangkut adab dan mengancam “kenyamanan” guru mengajar, maka sanksi tegas harus tegak,” ucap Safaruddin.
Guru harus nyaman mengajar. Peristiwa itu wajar bikin masyarakat gusar dan geram. Seperti apa yang saya rasakan kini. Saya berharap, kejadian serupa tak terulang kembali. Ini adalah “peringatan” keras.
“Terutama, kepada Kadis Dikbud dan kepala sekolah yang bersangkutan. Kepada guru yang bersangkutan, secara personal dan sebagai kepala daerah; saya minta maaf,” ucap Bupati Safaruddin.
Pada pertemuan tadi, saya minta seluruh pihak terkait dan terlibat dengan “peristiwa” ini untuk duduk satu ruang bersama ninik mamak dan wali nagari. Selesaikan sebaik-baiknya. Jangan sampai terjadi, guru ditekan kembali dan jangan ada upaya mencari-cari kesalahan personal dan jangan memojokkan guru yang bersangkutan .
Si anak serta semua yang terkait dan terlibat dalam video viral itu, minta maaflah kepada sang guru di ruang publik .
Sekali waktu, jangan pernah melukai dan menyakiti hati guru-guru kita. Bila hati guru luka, lenyap segala ilmu. Hebat guru, hebat nagari dan bangsa. Untuk itu; hormati gurumu, Nak.
“Maafkan kami. Maafkan saya, Bu Guru,” ucap Bupati Lima Puluh Kota, Safaruddin! (Warman)