Bursakota.co.id, Lhokseumawe – Anak muda perantau dari Aceh menjadi pelaku kriminal saat ini menjadi fenomena hingga menimbulkan afek buruk bagi Aceh yang selama ini dikenal religius dan mujahid dalam membela nilai-nilai Islam.
Hal tersebut menjadi perhatian semua pihak setelah aksi pembunuhan yang dilakukan oleh oknum Paspampres terhadap Imam Masykur. Kejadian itu juga menimbulkan kecaman dari seluruh elemen masyarakat di Indonesia, khususnya di Kota Serambi Mekkah.
Bahkan, aksi pembunuhan tersebut dikait-kaitkan dengan mafia obat Pramadol yang diduga telah menggandrungi pemuda-pemuda Aceh di perantauan, khususnya di Kota Metropolitan Jakarta.
Tokoh masyarakat Aceh Utara HM Yusuf Hasan mengatakan bahwa banyaknya pemuda-pemuda Aceh terjebak aksi kriminalitas di perantauan tersebut akibat minimnya lapangan kerja di kota berjulukan Serambi Mekkah tersebut.
“Sumber daya alam di Aceh sangat melimpah, baik di laut, darat maupun di bawah permukaan bumi. Namun pemuda-pemuda Aceh terpaksa merantau karena himpitan ekonomi akibat minimnya lapangan pekerjaan, meskipun berada di negeri surga dunia ini,” kata HM Yusuf Hasan di Aceh Utara, Jumat (1/9/2023).
HM Yusuf Hasan menambahkan, kasus tersebut harus menjadi perhatian semua pihak, terutama Pj Gubernur Aceh Achmad Marzuki. Dimana selama ini Pemerintah Aceh sangat minim memberikan perhatian dalam menyediakan lapangan kerja sehingga banyak anak Aceh yang mengadu keberuntungan dengan cara-cara yang berbahaya tersebut.
“Apalagi dalam beberapa hari terakhir ini sangat santer di media yang memberitakan penolakan secara terang-terangan kehadiran pemuda Aceh yang diketahui mendatangkan kerusakan terhadap generasi muda tersebut. Seperti yang terjadi di Bogor, masyarakat setempat memasang spanduk menolak warga Aceh yang datang untuk menjual obat terlarang,”ujarnya.
Kejadian yang menimpa almarhum Iman Masykur harus menjadi cambukan bagi Pemerintah Aceh untuk mampu mengoptimalkan dana Otsus Aceh untuk sebanyak mungkin membuka lapangan pekerjaan di Aceh.
Pada sisi lain, fenomena banyaknya pemuda Aceh yang mencari peruntungan ke luar daerah membuktikan bahwa benar adanya Aceh itu termiskin. Sehingga, pemudanya harus merantau ke luar meski terpaksa menekuni pekerjaan yang melanggar aturan hukum yg berlaku.
HM Yusuf Hasan juga menyampaikan bahwa, khususnya di Aceh Utara dan Kota Lhokseumawe terdapat beberapa perusahaan besar yang mampu menampung lapangan pekerjaan bagi pemuda-pemudi di daerah itu, akan tetapi ironisnya perusahaan tersebut lebih mengutamakan pekerja luar daerah.
“Ada beberapa perusahaan vital disini, seperti PGE dan PAG yang merupakan perusahaan migas, namun mengutamakan pekerja luar daerah yang dipekerjakan disitu. Ini harus menjadi perhatian serius bagi Pemerintah Aceh dan khususnya Pemkab Aceh Utara,” sebutnya.
Disisi lain, kata HM Yusuf Hasan, banyak pejabat-pejabat di Aceh yang hanya memperkaya diri sendiri tanpa memperdulikan putra-putri terbaik Aceh yang dipandang sebelah mata hingga harus mencari keberuntungan di perantauan.
“Jika pejabat mementingkan kepentingan Aceh, maka saya yakin rakyat Aceh akan sejahtera dan tidak ada yang mencari keberuntungan di negeri orang lain. Semoga dalam kasus Imam Masykur dapat membuka mata pemimpin-pemimpin di provinsi paling barat Indonesia ini,” tutupnya.(Bk/Dedy)