
Lingga – Semangat gotong royong dan kreativitas pemuda Pancur, Lingga Utara, Kabupaten Lingga kembali terlihat dalam menyambut malam 7 Likur di bulan Ramadhan. Tahun ini, mereka membangun gerbang khas yang dihiasi lampu warna-warni dan ornamen islami, memperindah suasana malam penuh berkah.
Gerbang 7 Likur ini berdiri megah di Jembatan 1 Pasar Pancur, menjadi simbol kebersamaan warga dalam menjaga tradisi. Ketua kegiatan, Ombeng, menyampaikan bahwa pembuatan gerbang ini merupakan hasil kerja sama para pemuda yang telah berlangsung setiap tahun.
“Saat ini, pembangunan gerbang baru mencapai 50%, tapi saya yakin dengan semangat gotong royong dan dukungan masyarakat, gerbang ini akan selesai tepat waktu. Kami bahkan melakukan penggalangan dana ke warga dan sesekali harus urunan agar tradisi ini tetap hidup,” ujar Ombeng.
Setiap tahun, gerbang dibuat dengan desain berbeda untuk menarik perhatian dan menghadirkan nuansa khas Ramadhan. Tidak hanya sekadar dekorasi, gerbang ini mencerminkan persatuan dan semangat kebersamaan yang kuat di kalangan pemuda.
Dukungan Warga dan Harapan Pelestarian Tradisi
Pemuda Masjid Al-Falah Pancur, Teguh Bakti Mandiri, mengapresiasi antusiasme para pemuda dalam membangun gerbang 7 Likur.
“Gerbang ini bukan hanya sekadar hiasan, tetapi juga simbol persatuan dan kebersamaan. Tradisi ini harus kita jaga agar tidak hilang ditelan zaman,” katanya.
Malam 7 Likur sendiri merupakan momen istimewa di akhir Ramadhan, di mana umat Islam memperbanyak ibadah serta menghiasi lingkungan dengan lampu warna-warni atau lentera.
Masyarakat Pancur, Lingga Utara, dengan penuh semangat menjaga tradisi ini sebagai bagian dari warisan budaya Islam di Indonesia.
Tokoh pemuda setempat, Rendi, menambahkan bahwa keterlibatan generasi muda dalam tradisi ini sangat menggembirakan.
“Baru pertengahan Ramadhan saja, para pemuda sudah semangat hingga larut malam untuk menyelesaikan gerbang ini. Inilah yang kami harapkan lebih banyak anak muda ikut serta, agar tradisi ini terus berlanjut dan memperkuat ikatan sosial masyarakat,” ujar Rendi.
Tak hanya para pemuda, warga Pancur, Lingga Utara dari berbagai kalangan juga turut serta dalam perayaan tradisi ini. Para orang tua berkontribusi dengan memberikan ide desain serta bahan-bahan untuk pembangunan gerbang, menciptakan suasana gotong royong yang semakin kental.
Rendi berharap tradisi malam 7 Likur terus dilestarikan dan diwariskan kepada generasi mendatang.
“Semoga di tahun-tahun berikutnya, semakin banyak inovasi dan semangat kebersamaan dalam menyambut malam 7 Likur,” tutupnya.(Bk/Iwan)