Pertikaian Pejabat Pemkab Lingga dan Oknum Wartawan Jadi Sorotan, Saksi Mata Beri Klarifikasi

0
219
Ket Foto : Ruslan yang akrab disapa Jagat

Lingga – Insiden yang melibatkan Safaruddin, pejabat Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lingga, dan seorang oknum wartawan, Aliasar, pada Rabu, 23 Oktober 2024, menarik perhatian publik.

Ruslan, yang akrab disapa Jagat, menjadi saksi utama dalam kejadian tersebut dan memberikan penjelasan mengenai kronologi serta latar belakang peristiwa itu.

Jagat menjelaskan bahwa insiden tersebut terjadi di restoran Winner, Pancur, Kecamatan Lingga Utara, saat dirinya dan Safaruddin sedang makan malam bersama rekan-rekan.

Kebetulan, Aliasar, yang dikenal kerap menyebarkan berita tendensius mengenai Pemkab Lingga, juga berada di lokasi yang sama.

“Saat itu, Pak Safar tidak sedang dalam tugas resmi atau mengenakan atribut pemerintah. Kejadian ini terlalu dipolitisir, terutama karena sedang berlangsung Pilkada,” ujar Jagat.

Perselisihan ini bermula dari tuduhan Aliasar yang menyebut istri Bupati Lingga terlibat dalam dugaan korupsi di Disperkim Lingga.

Safaruddin, yang memiliki hubungan keluarga dengan istri bupati, merasa tersinggung oleh tuduhan yang dianggap mencemarkan nama baik keluarganya.

“Safaruddin mengajak Aliasar berduel, dan pemecahan botol itu hanya bentuk luapan emosi, bukan ancaman,” tegas Jagat, meluruskan berita yang berkembang.

Ia juga menegaskan bahwa Safaruddin tidak bermaksud melukai Aliasar, tetapi menawarkan pecahan botol sebagai tantangan yang tidak direspons oleh Aliasar.

Menurut Jagat, insiden ini telah dipolitisir oleh pihak tertentu untuk menyerang calon bupati petahana, mengingat jabatan Safaruddin di Pemkab Lingga diseret dalam pemberitaan yang beredar.

Selain itu, Widi Satoto, pejabat Pemkab Lingga yang hadir di lokasi saat kejadian, turut terseret dalam narasi politis, meskipun hanya berusaha melerai pertikaian.

“Nama Pak Widi juga ikut diseret dalam pemberitaan yang terkesan sepihak, padahal beliau hanya berusaha melerai,” tambah Jagat.

Jagat juga menyoroti track record Aliasar, yang sering menerbitkan berita tanpa memberikan hak jawab kepada pihak yang dituduh. Ia mengajak masyarakat untuk lebih bijak dalam mencerna informasi yang beredar dan mempertanyakan profesionalitas Aliasar, yang belum pernah mengikuti uji kompetensi wartawan dan bekerja di media yang belum terverifikasi oleh Dewan Pers.

“Ini memunculkan keraguan terhadap profesionalitas dan integritas Aliasar sebagai jurnalis,” lanjut Jagat.

Melalui klarifikasinya, Jagat berharap publik melihat kejadian ini secara objektif dan tidak terjebak dalam narasi politis. Insiden ini juga menjadi momentum penting untuk mendorong profesionalitas jurnalis, terutama dalam hal pemberitaan yang seimbang dan berbasis fakta.(Bk/Iwan)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini